Langsung ke konten utama

Bersama Tak Berarti Satu (Bagian 3)


Sekarang aku duduk diantara mereka lagi, kulihat Andi tak berkata apapun sedangkan yang lain bersenda gurau. Aku hanya mengikuti orang-orang, mereka tertawa, aku juga. Mereka memandang yang berbicara, aku juga. Namun, aku merasa di tatap dengan aneh, tatapan yang dingin oleh mereka. Tatatapan Andi pun sama, ya tuhan.. apa yang terjadi.

Obrolan dibuka oleh ibu yang menanyai apa kabarku. Andi meminta Moni untuk membawa obat merah dan perban. Ayah pun sama, ia hanya menatapku dingin. Sekali lagi, aku hanya diam. Semua orang di ruang tamu satu persatu meninggalkan kami. Hanya ada aku, Andi, orang tua Andi, Moni, dan 2 orang ibu dan bapak dengan anak gadis yang duduk di antara meraka. Sambil membersihkan lukaku, Moni menatap dengan kesedihan yang tak kupahami. Seorang ibu mencelutuk dari jauh, wah calon pengantin nya sudah pulang dari mendaki. Sontak, langsung kupandangi Andi. Apakah ini kejutan dari Andi, untuk melamarku dan mempersiapkan semuanya sendirian. Aku memandangnya dengan mata yang berbinar.

"Omi, aku akan menikah dengannya", Andi menunjuk wanita yang duduk diantara orang tua itu. Kulepaskan tangan Moni yang mengikat betisku dengan perban putih. Kucoba melirik semua orang, kupandangi Andi, Mori, Ibu dan Ayah. Kupandangi mereka. Hanya tangisan ibu yang mengisyaratkan bahwa apa yang kudengar ini benar. Kata-kata dari seorang pria yang seharusnya mengatakan sah di depan orang tuaku. Hatiku remuk, tanganku diraih oleh Andi, namun aku diam. Aku menunduk tanpa berani menatap siapapun. Perlahan, aku tidak mendengar suara apapun. Aku mencoba untuk masuk ke kamar. Kenapa rasanya jauh sekali, padahal aku hanya harus berjalan 15 langkah. Andi mencoba menahanku, semua orang berdiri, dan aku berusaha tiba di kamar.

Semuanya gelap, dan hening. Mendadak kamar ini terasa sempit, dadaku penuh dengan luapan emosi yang sejak tadi ku tahan. Tangisku pecah di bawah bantal, sendiri, di kamar ini, kamar yang aku impikan menjadi saksi cinta kami. Aku tidak mendengar apapun, hingga suara adzan subuh membangunkanku. 

Aku mengadu kepada sang pencipta. Aku menangis, hingga lafas yang kuucapkan berganti dengan tangisan yang tertahan. Ya tuhan.. apa ini. Aku keluar kamar, dengan pakaian yang lengkap dan siap ingin pulang. Aku berdandan sedikit menor, karena harus menyembunyikan mata yang sembab. Aku berpamitan kepada keluarga Andi, aku beralasan harus pulang karena sudah habis masa cuti. Andi tak nampak, dan aku bersyukur karena tidak harus melihatnya. Ayolah, aku harus pergi, sebelum airmata ini tumpah, gumamku dalam hati. Aku bertemu Andi depan pagar rumah bersama wanita itu, kulihat ia merangkul mesra Andi. Kuberi senyuman, dan mengatakan hai kepada Andi. Butiran air jatuh dari matanya yang bulat. Ia coba menahanku, aku melepaskan nya. Ia melempar tasku, aku mengambilnya. Ia berlutut di hadapanku, dengan tangisan yang tertahan. 

Aku melepaskan tangganya yang memegang erat pinggangku dan berjalan lurus menuju taksi yang sudah datang. Wanita itu menahan Andi dan beberapa orang yang tak kukenal membawa Andi masuk ke rumah. Aku hanya melihat sekilas dan berlalu.

Beberapa tahun berlalu.. aku tau, wanita itu adalah Nita teman sekantor Andi yang pernah ikut saat kami pergi ke Bandung. Dan orang yang tak kukenal adalah keluarganya. Semenjak mereka menikah, Andi masih sering menghubungiku. Karena ego sebagai seorang perempuan, aku tak mengubrisnya, biarlah ia mengarungi kehidupan bersama pasangan yang telah ia pilih.

Karena pada akhirnya aku menemukan laki-laki yang akhirnya menjadi suamiku. Ia yang mampu mengukir tawa, menghapus lara, dan mencipta tawa di setiap hariku.

Akhirnya kupahami, melepaskan dengan ikhlas akan membuat dirimu dipertemukan dengan seseorang yang terbaik.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Wajib Dibaca! Struktur Tim Produksi Film Yang Lengkap!

Tulisan ini  Ado  buat secara khusus buat kamu biar nggak binggung. Maksudnya kalo kamu udah tau struktur tim produksi yang lengkap, kedepannya kamu bisa bentuk seperti ini. Apalagi kalo kamu udah niat pengen bikin film secara profesional. Yaa.. kalo nggak, setidaknya kamu sudah tau gimana struktur tim produksi yang lengkap banget. Semuanya udah pada tau kan, kalo pembuatan film pada dasarnya terdapat 3 tahap yaitu, tahap praproduksi, produksi, dan pasca produksi. Nah, dalam setiap tahap ini ada yang bekerja sesuai dengan deskripsi pekerjaannya, loh. Gak percaya? Bener nih gak percaya? Scroll ke bawah deh, biar percaya :D Tahapan Praproduksi : Produser bertugas mencari dana untuk produksi film. Seorang produser juga bertanggung jawab pada keseluruhan produksi. Penulis cerita bertugas menulis sinopsis yang di kembangkan menjadi skenario dan berisi komentar atau dialog. Tahapan Produksi : Sutradara bertugas menerjemahkan naskah ke dalam adegan film dan mengarahkan a...

PEREMPUAN : KETIADAAN PELACUR

Banyak laki-laki yang menjual kekuatan otot lengan dengan  kuli dan tukang becak. Lalu, ada wanita yang menjajakan ketangkasan otot selangkangannya. Tujuan sama, memenuhi kebutuhan. Entah itu kebutuhan secara ekonomi atau kebutuhan kepuasan psikologis. Ramai diperbincangan di segala sosial media tentang artis yang menjadi pelacur. Semua orang mengutuk, mencaci maki, tak jarang menggunakan umpatan kasar.  Aku tertawa. Aku bukan bagian dari pengumpat, pun bukan orang yang mendukung kegiatan prostitusi. Tapi aku berusaha memanusiakan manusia dan berusaha menjadi dewa-sa. Aku belum menikah. Dan belum merasakan kenikmatan selangkangan. Dan tidak berencana berusaha menikmati itu dalam waktu dekat.  Tapi, aku ingin merenung sebagai seorang perempuan. Bukan wanita. Karena perempuan adalah seorang manusia yang di anugerahi vagina dan hidup dalam bimbingan orang-orang di sekitarnya. Sedangkan Wanita diidentifikasi sebagai seorang yang mandiri, bebas berekspresi...

Tuhan Meloloskanku Tahun 2019

Aku berjalan melewati garis putus tiada henti, pedih. Kakiku terinjak batuan tajam dan sesekali meledak terinjak ranjau. Anehnya, kaki ini terus tumbuh dan menjadi utuh. Aku berhenti pada garis waktu,   lupa mengingat perihal tahun dan berapa lama hari yang telah terlewati. Bisakah aku menunggu sedikit lebih lama untuk hari itu?