Langsung ke konten utama

Bersama Tak Berarti Satu (Bagian 2)


Aku pamit untuk pulang ke Bengkulu, karena ada beberapa urusan yang harus di selesaikan. Setelah berpamitan dengan keluarga Andi, ia mengantarku ke bandara. Selama di perjalanan menuju bandara, Andi memintaku menulis tempat yang ingin aku kunjungi bersamanya. Dan semakin hari hubungan kami semakin mesra, hingga sekarang aku sudah menyelesaikan kuliahku.

Saat syukuran wisudaku, Andi datang ke Bengkulu. Ia mengatakan ingin melamarku tahun depan, karena saat ini ia sedang di promosikan untuk naik jabatan. Aku ingin menyiapkan semuanya sesempurna mungkin, sesuai dengan cita-cita mu, Omi. Begitu katanya. Kukatakan iya, dengan alasan aku juga ingin meniti karir dan menikmati masa lajang bersama orangtua sebelum sah menjadi istri dan pindah ke Depok.

Hingga.. Andi menelpon dan memintaku untuk pergi ke Depok, ia hanya mengatakan bahwa ia rindu dan ingin bertemu. E-ticket pun kuterima, dengan jadwal kepulangan minggu depan pada tanggal 21 mei yang bertepatan dengan anniversary hubungan kami ke-4 tahun.

Dari jauh kulihat sosok tubuh tegap dengan kemeja putih dan celana jeans hitam dengan rambut cepak dan sebuah buket bungga berwarna putih kebiruan, warna kesukaanku. Kuraih tubuh itu dan memeluknya erat, lama tak jumpa, katanya. Seperti ada kerinduan yang amat dalam. Padahal kami baru bertemu minggu lalu. Di mobil, Andi membuka sebuah kertas yang pernah kutulis kemana tempat yang aku kunjungi bersama dengannya. Hanya 1 tempat, mendaki Semeru berdua, hanya Andi dan Omi. Itu yang kutulis di kertas.

Besoknya kami berangkat ke Malang untuk melaksanakan misi, yaa.. mendaki gunung Semeru. Gunung yang ingin kudaki bersama kekasihku, pujaan hatiku dan calon pasangan hidup yang akan menemaniku disaat aku tua. Perjalanan pertama kami mulai dari desa Ranu Pani, disana kami bertemu kelompok pendaki yang lain. Kami pun mendaki bersama. Selama mendaki, kami melewati lereng bukit yang d tumbuhi alang-alang dan terdapat pohon tumbang. Serta di suguhi pemandangan hutan cemara dan pinus. Oh tuhan... aku jatuh cinta lagi kepada laki-laki yang menggengam erat tanganku saat ini.

Saat tiba di kawasan Watu Rejeng, aku terpeleset dan jatuh ke lembah yang menyebabkan luka sobek di betis. Andi menyusul ke bawah lembah dan membantu naik keatas dibantu oleh teman-teman pendaki yang lain. Darah yang masih mengucur dan aku yang tak henti merintih kesakitan ketika di perban. Andi mencium keningku dan menggendongku, kami harus berjalan selama setengah jam lagi agar tiba di Ranu Kumbolo, sebuah danau indah tempat mendirikan tenda bagi para pendaki.

Entah bagaiamana caranya kami tiba di Ranu Kumbolo dan menginap selama 3 hari, menunggu lukaku sedikit sembuh agar bisa kembali pulang. Untungnya, selama disana lukaku tidak mengalami infeksi dan aku dapat menikmati keindahan Ranu Kumbolo meski hanya duduk di tepi danau. Namun, aku bahagia karena dia ada di sampingku. Membantu menjadi kaki ketikaku, menjadi sandaran yang paling tepat dalam hidupku. Dia Andi, laki-laki yang menyenderkan kepalanya di pundakku. Aku mencintainya dan ingin mengarungi kehidupan ini bersamanya. Aku sangat yakin. 

Kami pulang dengan cara yang sangat sulit untuk di jelaskan. Memulai perjalanan dengan di gendongnya, dan meminta bantuan dari pos untuk menjemput dan mengantarkan kami pulang ke stasiun kereta. Ada hal yang lain ingin Andi katakan di kereta, namun tertahan. Entah apa itu, tapi aku merasa Andi ingin mengatakan sesuatu.

Akhirnya aku tiba di rumahnya. Ketika di depan rumah, kulihat rumah Andi ramai seperti akan ada hajatan besar. Kulihat bendera berwarna-warni menghiasi rumahnya, kursi yang masih tersusun di pojokan, dan peralatan makan yang masih terbungkus di beranda rumah. Ada beberapa orang yang mengangkutnya ke dalam rumah, aku pegang tangan Andi, ia menoleh namun tatapannya. Tatapan kesedihan yang teramat dalam, mata itu, tak biasanya sayu. Mata yang indah, berbinar ketika menatapku mendadak berubah buram. Aku terdiam. 

Tatapan kami tersadarkan oleh sebuah sapaan, terlihat ibu, Moni, ayah, dan beberapa orang yang tak kukenal sudah berdiri di hadapanku. Kami masuk ke dalam ruang tamu, dengan pakaian khas kumal, betis yang masih di ikat perban yang sudah berwarna kekuningan. Rambut yang berantakan, dan bau badanku yang tidak sedap. Aku duduk diantara mereka, Andi berada di sampingku. Orang tuanya di kursi sebelahku, dan semakin banyak orang yang tidak ku kenal. Karena risih, aku meminta izin untuk membersihkan diri di belakang.

Untuk berjalan pun aku masih belum bisa normal, karena kakiku yang belum sembuh. Kadang merasa nyeri ketika aku berjalan. Kamar Andi melewati ruang keluarga, aneh, di setiap ruangan penuh dengan orang-orang yang tidak ku kenal. Sebelum masuk ke kamar Andi, aku mendengar seorang ibu berkata, "Dik Andi, cakep sekali, cocok sekali, ini akan jadi pernikahan yang indah sekali". Aku hanya berlalu dan masuk ke kamar, cepat-cepat aku mandi dan berdandan seadanya agar cepat keluar dan mencari tahu ada apa yang sebenarnya terjadi.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Wajib Dibaca! Struktur Tim Produksi Film Yang Lengkap!

Tulisan ini  Ado  buat secara khusus buat kamu biar nggak binggung. Maksudnya kalo kamu udah tau struktur tim produksi yang lengkap, kedepannya kamu bisa bentuk seperti ini. Apalagi kalo kamu udah niat pengen bikin film secara profesional. Yaa.. kalo nggak, setidaknya kamu sudah tau gimana struktur tim produksi yang lengkap banget. Semuanya udah pada tau kan, kalo pembuatan film pada dasarnya terdapat 3 tahap yaitu, tahap praproduksi, produksi, dan pasca produksi. Nah, dalam setiap tahap ini ada yang bekerja sesuai dengan deskripsi pekerjaannya, loh. Gak percaya? Bener nih gak percaya? Scroll ke bawah deh, biar percaya :D Tahapan Praproduksi : Produser bertugas mencari dana untuk produksi film. Seorang produser juga bertanggung jawab pada keseluruhan produksi. Penulis cerita bertugas menulis sinopsis yang di kembangkan menjadi skenario dan berisi komentar atau dialog. Tahapan Produksi : Sutradara bertugas menerjemahkan naskah ke dalam adegan film dan mengarahkan a...

PEREMPUAN : KETIADAAN PELACUR

Banyak laki-laki yang menjual kekuatan otot lengan dengan  kuli dan tukang becak. Lalu, ada wanita yang menjajakan ketangkasan otot selangkangannya. Tujuan sama, memenuhi kebutuhan. Entah itu kebutuhan secara ekonomi atau kebutuhan kepuasan psikologis. Ramai diperbincangan di segala sosial media tentang artis yang menjadi pelacur. Semua orang mengutuk, mencaci maki, tak jarang menggunakan umpatan kasar.  Aku tertawa. Aku bukan bagian dari pengumpat, pun bukan orang yang mendukung kegiatan prostitusi. Tapi aku berusaha memanusiakan manusia dan berusaha menjadi dewa-sa. Aku belum menikah. Dan belum merasakan kenikmatan selangkangan. Dan tidak berencana berusaha menikmati itu dalam waktu dekat.  Tapi, aku ingin merenung sebagai seorang perempuan. Bukan wanita. Karena perempuan adalah seorang manusia yang di anugerahi vagina dan hidup dalam bimbingan orang-orang di sekitarnya. Sedangkan Wanita diidentifikasi sebagai seorang yang mandiri, bebas berekspresi...

Tuhan Meloloskanku Tahun 2019

Aku berjalan melewati garis putus tiada henti, pedih. Kakiku terinjak batuan tajam dan sesekali meledak terinjak ranjau. Anehnya, kaki ini terus tumbuh dan menjadi utuh. Aku berhenti pada garis waktu,   lupa mengingat perihal tahun dan berapa lama hari yang telah terlewati. Bisakah aku menunggu sedikit lebih lama untuk hari itu?