Perjalanan menuju Pulau Enggano kami mulai dari Sekretariat Aliansi Masyarakat Adat Nusantara (AMAN) di jalan Merapi Ujung. Kantor inilah yang kami jadikan basecamp untuk rapat dan berdiskusi mengenai perjalanan Ekspedisinema yang sangat seru.
Para peserta berasal dari 3 organisasi, pertama Tim Pigura Bengkulu sebagai penyelenggara, Barisan Adat Nusantara (BPAN) sebagai fasilitator untuk penggalian sejarah adat budaya, dan Paruruk Kappa Enggano (Parke) yang merupakan perkumpulan pemuda pulau Enggano. Dari kerjasama ini diharapkan dapat saling sinergi.
Tim Pigura adalah Agen Jay, Agen Hendra, dan Agen Lica. Tim dari BPAN adalah Engga, Dwik, dan Iqbal. Tim dari Parke ada Natalia dan Angel. Lalu 2 orang relawan yang berasal dari Rejang Lebong, yaitu Ade dan Miftah. Semuanya berjumlah 9 orang.
Tanggal 27 Desember 2017 pukul 10:00 pagi kami telah berkumpul di Sekretariat AMAN dan melakukan TM terakhir untuk keberangkatan. Hari ini dijadwalkan Kapal Perintis yang akan berangkat pukul 17:00. Dan kami diwajibkan datang ke Pelabuhan Pulau Baai tepat pukul 15:00.
Perjalanan dari Merapi Ujung ke Pelabuhan Pulau Baai sekitar 45 menit. Dengan menggunakan kendaraan roda empat.
Tiba di pelabuhan, kami membeli tiket seharga Rp. 14.000. Dan kami siap melakukan perjalanan selama 14 jam!
![]() |
Pelabuhan Pulau Baai |
Di kapal, kami mendapatkan tempat tidur. Sehingga dapat menyusun barang-barang yang kami bawa. Keadaan di dalam kapal Perintis sangat nyaman. Kapal ini terdiri dari 4 tingkat. Dan kami berada di Lantai dua. Terdapat tempat tidur, cafetaria , ruang tunggu, Mushalla dan Toilet. Di cafetaria kita bisa membeli makanan ringan dan mis instan. Disediakan juga 2 TV LCD untuk karaoke. Ruang tunggu pun diisi dengan kursi sehingga sangat apik sekali.
Kami bersembilan tidak ingin kehilangan moment sunset. Kami duduk di dek kapal dan menikmati angin pantai. Langit yang berwarna jingga dan pemandangan hutan bakau di sisi kiri kanan. Membuat kami terdiam dan bergumam, ini indah.
2 jam perjalanan kami masih duduk di dek kapal dan langit semakin menghitam. Goncangan ombak semakin terasa. Disini mulai terjadi penyesuaian di tubuh kami. Ada yang merasakan pusing, mual dan pandangan menjadi buram. Kami pun berteriak sambil mengatakan, "kapal oleng kapten! Haha"
Suanana semakin dingin. Hembusan angin semakin terasa menusuk tulang. Nyanyian tentang alam dan cinta menambah kesyahduan malam ini. Dan kami memutuskan untuk beristirahat dan kembali ke ruang tidur yang telah disediakan.
Kami mencoba tidur dan melanjutkan obrolan. Goyangan kapal semakin terasa kuat dan mata kami semakin berat. Obrolan terhenti dan kami tertidur bersama ratusan penumpang lainnya.
"Ting tong... Ting tong... Diberitahukan kepada seluruh penumpang, bahwa adzan subuh sudah dikumandangkan" terdengar suara operator yang membuat kami terbangun.
Pengalaman yang tak terlupakan saat kami mencoba sholat di atas kapal. Kondisi kapal yang bergoyang dan kondisi fisik yang turut berguncang membuat kami kesulitan untuk berdiri. Kaki kanan ke depan, kaki kiri kebelakang, begitulah kuda-kuda yang kami pasang agar dapat berdiri teguh.
Alhamdulilah... Sholat dapat dilaksanakan dengan khusu'.
Selesai sholat kami kembali duduk di dek kapal. Menikmati angin pagi dan cahaya lembut sinar mentari. Jam menunjukkan pukul 06:00 pagi. Dari kejauhan tampak Pelabuhan Kapal Perintis. Kami menyiapkan barang dan bersiap untuk turun dari kapal.
Kami tiba di Pelabuhan Perintis Desa Malakoni Kecamatan Enggano Bengkulu Utara setelah di goncang selama 14 jam.
![]() |
Agen Lica tiba! |
Kami sudah sampai!
perjalanan baru di mulai!
Kami siap mengabdi!
YAUWAIKA!
Komentar
Posting Komentar