(Jumat, 25 Agustus 2017)
“Sendirian dalam waktu yang lama sama buruknya dengan merokok 15 batang rokok per hari”
(sumber hype.identimes.com)
Lalu mengapa harus sendiri? Bukankah manusia adalah makhluk sosial yang memerlukan orang lain dalam segala hal? Termasuk bercerita. Namun, sering terjadi pertengkaran setelah bercerita kepada teman. Misalnya saja sebutan “ember bocor” yang acapkali menjadi awal pertengkaran hingga tak lagi berteguran. Padahal manusia hanya saling bercerita. Pada tahap ini, manusia akan memilih untuk bercerita kepada ahlinya, konselor. Dengan jaminan tak akan ada cerita yang berceceran.
Menurut wikipedia Konselor atau pembimbing adalah seorang yang mempunyai keahlian dalam melakukan konseling/penyuluhan. Berlatar belakang pendidikan minimal sarjana strata 1 (S1) dari jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan (PPB), Bimbingan Konseling (BK), atau Bimbingan Penyuluhan (BP).
Tapi bukankah untuk datang menemui konselor memerlukan biaya dan waktu yang terbatas. Misalnya saja untuk sekali bercerita dengan durasi 2 jam akan di bandrol dengan ratusan ribu. Kecuali, bila kita menghadap guru BK yang senantiasa mendengerkan cerita tanpa perlu dibayar. Hal ini pun ada kendalanya, bagaimana pandangan siswa terhadapa ruang BK adalah sarangnya anak bermasalah.
Maka teman sebaya adalah pilihan yang tepat. Remaja akan lebih leluasa saat bercerita dengan teman sebaya. Karena dengan teman sebaya berbagai aktifitas dilakukan, misalnya pergi bersama ke kantin, ke mall, ke pantai, dan selalu bertemu di sekolah. Waktu yang dihabiskan bersama teman sebaya banyak ketimbang waktu yang dihabiskan bersama keluarga dirumah. Bila sudah tiba di rumah pun, komunikasi dengan teman sebaya dilanjutkan menggunakan handphone. Intensitas komunikasi yang sering, kenyamanan dan nyambung ketika diajak cerita yang membuat teman sebaya menjadi pilihan untuk mencurahkan isi hati atau curhat.
Pada kegiatan ini, mbak Diyas mengajak teman-teman untuk menjawab pertanyaan dibawah ini. Tujuannya agar teman-teman dapat mengenali diri sendiri sebelum teman-teman mengarahkan solusi terhadap persoalan orang lain.
Cobalah menjawab beberapa pertanyaan dibawah ini dengan cepat :
Apa kelebihan saya?
Apa kekurangan saya?
Apa yang saya suka?
Apa yang saya tidak suka?
Apa yang paling penting bagi hidup saya? Siapa orang yang paling penting dalam hidup saya?
Apa arti kesuksesan bagi saya?
Apa yang membuat saya bahagia?
Apa yang membuat saya tidak bahagia? Siapa seseorang atau figur yang saya anggap sebagai pahlawan?
Saya adalah orang yang …
Saya ingin menjadi orang yang …
Pertanyaan diatas akan membantu teman-teman dalam mengenali diri sendiri. Apa masalah yang sedang di hadapi dan bagaimana menyelesaikan masalah tersebut. Teman-teman tahu apa yang harus dilakukan dan mana yang tidak perlu lakukan. Tahu bagaimana menggunakan apa yang telah teman-teman miliki. Tahu apa yang harus diperjuangkan dan apa yang harus ditinggalkan. Tahu kapan harus berhenti atau maju terus. Dan yang paling penting adalah teman-teman tahu apa yang ingin diraih dalam hidup ini.
Karena hanya diri sendiri yang mampu untuk menyelesaikan masalahnya. Orang lain memang akan membantu, namun sekedarnya. Orang lain memang akan bertanya mengapa, namun hanya sebatas ingin tahu, bukan peduli. Maka marilah kita belajar untuk menjadi peduli dan mengarahkan solusi yang tepat.
Atas dasar itulah pada pelatihan mingguan PIK-R Merpati SMKN 3 Kota Bengkulu mengajak para anggota untuk belajar mengenal dirinya sendiri. Karena permasalahan yang dihadapi oleh setiap individu beragam.
Caranya adalah teman-teman dibagi perkelompok. Setiap kelompok terdiri dari 2 orang dan mereka diajak untuk mendengarkan cerita satu sama lain. satu orang menjadi seorang konselor dan satu orang menjadi klien.
Setelah mendengarkan cerita, anggota diajarkan mencocokan apakah masalah yang dihadapi oleh mereka sama atau tidak. Berikut hasil laporan permasalahan remaja :
Masuk sekolah ditentukan oleh orang tua bukan atas kemauan sendiri.
Guru yang pilih kasih kepada sesama murid.
Pacaran dengan jarak usia yang cukup jauh.
Sahabat yang lupa dengan temannya.
Tunggakan uang sekolah.
Bullying karena bentuk tubuh dan payudara yang besar.
Pacaran dengan teman.
Masalah menstruasi.
Kurangnya pengetahuan terhadap narkoba.
Tidak paham mengenai fungsi organ reproduksi.
Percaya dengan mitos seputar seksualitas.
Semua hasil cerita dan diskusi per-kelompok kembali di analisa bersama. Bagaimana teman-teman diajak untuk menceritakan pengalamannya bila dihadapkan pada situasi yang sama. Hasilnya para remaja terjebak dengan saran teman sebaya yang salah dalam memberikan informasi. Hasilnya terjadi pertengkaran, saling labrak, hingga sebutan “ember” yang melekat.
Bukankah bila kita sudah mengenal diri kita sendiri. Kita akan tahu apa yang dibutuhkan oleh dirinya sendiri. Dan PIK-R adalah tempat yang paling mantap. Dimana para anggota akan diajarkan untuk mengenal dirinya sendiri yang dibantu oleh Pembina PIK-R Merpati dan koordinator dari Cahaya Perempuan WCC Bengkulu serta Pengurus Forum Perempuan Muda Provinsi Bengkulu Dampingan Cahaya Perempuan WCC Bengkulu. Secara rutin akan memberikan materi sebulan sekali.
Ketua Pengurus Forum Perempuan Muda Provinsi Bengkulu Dampingan Cahaya Perempuan WCC Bengkulu mengatakan, “Ingatlah selalu bahwa Orang yang Menghalangi Kita Adalah Diri Kita Sendiri, jadi kalahkan musuh terbesar dalam diri kita untuk mencapai sukses".
FASILITATOR :
LICA VERONIKA KETUA PENGURUS FORUM PEREMPUAN MUDA
DAMPINGAN CAHAYA PEREMPUAN BENGKULU
MBAK DIYAS KEPALA PROGRAM CAHAYA PEREMPUAN WCC BENGKULU
MATERI : MENJADI KONSELOR UNTUK DIRI SENDIRI
Tim Redaksi :
Lica Veronika
Komentar
Posting Komentar